BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kebutuhan manusia akan kayu sebagai bahan bangunan
baik untuk keperluan konstruksi, dekorasi, maupun furnitur terus meningkat
seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri
perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun
dengan kenaikan rata - rata sebesar 14,2 % per tahun sedangkan produksi kayu
bulat diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan
demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m3 (Priyono, 2001). Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi
kebutuhan kayu. Keadaan ini diperparah oleh adanya konversi hutan alam menjadi
lahan pertanian, perladangan berpindah, kebakaran hutan, praktek pemanenan yang
tidak efisen dan pengembangan infrastruktur yang diikuti oleh perambahan hutan.
Kondisi ini menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain
melalui konsep the whole tree utilization,
di samping meningkatkan penggunaan bahan berlignoselulosa nonkayu, dan pengembangan
produk - produk inovatif sebagai bahan bangunan pengganti kayu.
Selama ini limbah serbuk gergaji kayu banyak
menimbulkan masalah dalam penanganannya yang selama ini dibiarkan membusuk,
ditumpuk dan dibakar yang kesemuanya berdampak negatif terhadap lingkungan
sehingga penanggulangannya perlu dipikirkan. Salah satu jalan yang dapat di tempuh
adalah memanfaatkannya menjadi produk yang bernilai tambah dengan teknologi
aplikatif dan kerakyatan sehingga hasilnya mudah disosialisasikan kepada
masyarakat.
Alasan penulis menulis karya tulis ilmiah ini untuk memanfaatkan
limbah serbuk gergaji kayu dan mengurangi bau kotoran burung yang dapat
menimbulkan masalah lingkungan. Di sini penulis menulis tentang “Pemanfaatan Limbah
Serbuk Gergaji Kayu untuk Mengurangi Bau Kotoran Puyuh (Coturnix - coturnix Japonica)”.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar belakang di atas, Rumusan masalah
yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Apa saja zat yang terkandung dalam limbah serbuk gergaji kayu ?
2. Apakah limbah serbuk gergaji kayu dapat digunakan
untuk mengurangi
bau kotoran puyuh (Coturnix - coturnix Japonica) ?
3. Bagaimana proses limbah serbuk gergaji kayu
dalam
mengurangi bau
kotoran puyuh (Coturnix - coturnix Japonica) ?
1.3 Tujuan
Penelitian
Adapun Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1.
Mengetahui kandungan apa saja yang terkandung dalam limbah serbuk
gergaji kayu.
2.
Mengetahui apakah limbah serbuk gergaji kayu dapat digunakan
untuk
mengurangi
bau kotoran puyuh (Coturnix - coturnix Japonica).
3. Mengetahui proses limbah serbuk
gergaji kayu dalam mengurangi bau
kotoran puyuh (Coturnix
- coturnix Japonica).
1.4 Manfaat Penelitian
Ø Bagi Siswa
Dapat
bermanfaat sebagai media pembelajaran dan pengetahuan.
Ø Bagi Masyarakat
2. Mengurangi menumpuknya limbah serbuk
gergaji kayu.
Ø Bagi pemerintah
1. Membantu mengurangi permasalahan
pencemaran lingkungan.
2. Membantu mensosialisasikan
penanggulangan pencemaran lingkungan.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Puyuh
·
Klasifikasi
Ilmiah Puyuh
Kelas :
Aves (Bangsa Burung)
Ordo :
Galiformes
Sub Ordo : Phasianoidae
Famili : Phasianidae
Sub Famili : Phasianinae
Genus : Coturnix
Spesies : Coturnix – coturnix Japonica
·
Genus dan Spesies
Lainnya
·
Deskripsi
Puyuh merupakan jenis burung
yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat
diadu. Burung puyuh disebut juga “Gemak” (Bahasa Jawa - Indonesia). Bahasa
asingnya disebut “Quail”, merupakan bangsa burung (liar) yang pertama kali
diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Dan terus dikembangkan ke penjuru
dunia. Sedangkan di Indonesia puyuh mulai dikenal dan diternak semenjak akhir
tahun 1979. Kini mulai bermunculan di kandang - kandang ternak yang ada di
Indonesia.
Burung puyuh dari Dunia Baru (famili
Odontophoridae) dan
puyuh kancing (famili Turnicidae) tidak
berkerabat dekat, namun nama mereka memiliki perilaku dan karakteristik fisik
yang mirip. Mereka pemakan biji - bijian dan juga pemakan serangga
dan mangsa berukuran kecil lainnya. Mereka bersarang di permukaan tanah, dan
berkemampuan untuk lari dan terbang dengan kecepatan tinggi namun dengan jarak
tempuh yang pendek. Beberapa spesies seperti puyuh jepang adalah migratori dan mampu
terbang untuk jarak yang jauh. Beberapa jenis puyuh diternakkan dalam jumlah
besar. Puyuh jepang diternakkan terutama karena telurnya.
2.2
Kotoran Puyuh
Kotoran puyuh mengandung zat makanan yang
tidak tercerna selama melewati saluran pencernaan dan sejumlah hasil
metabolisme yang masih mempunyai nilai gizi bila diberikan kembali sebagai
makanan unggas atau mamalia. Kandungan gizi kotoran puyuh sangat bervariasi,
tergantung ransum, temperatur lingkungan, kandungan air dan cara penyimpanan
serta pengolahannya. Oleh sebab itu, kotoran - kotoran tersebut harus ditangani
secara baik agar tidak menimbulkan masalah bagi kesehatan. Kotoran puyuh juga
mengandung zat bersifat patogen, kandungan serat kasar dan asam urat tinggi,
tetapi energinya rendah.
2.3
Limbah Serbuk
Gergaji Kayu
·
Kandungan
Serbuk Gergaji Kayu
Limbah
serbuk gergaji kayu mempunyai kandungan selulosa, lignin, pentosan, air dan abu.
Untuk kadar selulosa didapat sebesar 48,8935%, kadar
lignin sebesar 28,8977%, kadar abu sebesar 2,09435%, kadar air
sebesar 6,015% dan kadar
pentosan sebesar 14,09945%.
1. Selulosa
Selulosa merupakan struktur dasar sel - sel tanaman,
oleh karena itu merupakan bahan alami yang paling penting yang dibuat oleh organisme
hidup. Selulosa terdapat pada semua tanaman
dari pohon bertingkat tinggi hingga organisme primitif seperti rumput laut, flagellate dan bakteri. Selulosa merupakan komponen
kayu yang terbesar, yang dalam kayu lunak
dan kayu keras jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi
yang tersusun seluruhnya atas ß – D - glukosa. Karena sifat - sifat kimia dan fisikanya maupun struktur utama dinding
sel tumbuhan. Di dalam kayu, selulosa juga terikat erat dengan poliosa dan lignin dan
pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif.
Untuk memperoleh selulosa murni 100% dari kayu, alfa selulosa harus
mengalami perlakuan intensif lebih lanjut, seperti hidrolisis
parsial, pelarutan dan pengendapan. Selulosa merupakan bahan dasar dan
banyak produk teknologi (kertas, film, serat, aditif dan sebagainya). (Fenger
dan Wegner, 1995)
2.
Yeast
Mikroba yang dapat berperan dalam proses fermentasi
dalah bakteri, yeast dan
jamur benang. Dari tiga golongan ini yang berperan dalam proses
fermentasi alkohol dari bahan bergula adalah jenis yeast. Terutama genus Saccharomyces seperti :
1.
Saccharomycescereviseae
2.
Saccharomyces
carlbergensis
3.Saccharomyces anamensisi
4. Schizosaccharomyces
pombe
3. Etanol
Etanol merupakan pelarut pada pembuatan pernis,
pelarut bagi bahan organik lainnya seperti minyak wangi dan digunakan sebagai komponen utama dalam
spiritus. Pada labotarium dan industri digunakan sebagai pelarut (Sa’id,
1987). Etanol dapat dihasilkan dari tanaman
yang banyak mengandung selulosa dengan menggunakan
bantuan dari aktivitas mikroba. Etanol merupakan senyawa organik yang
mengandung gugus hidroksida dan mempunyai rumus umum CnH 2n + 1 OH. Istilah etanol dalam industri disebut juga etil
alkohol yang gugus hidroksilnya terikat pada atom karbon primer. Sifat - sifat etanol yang mudah menguap, mudah
terbakar, berbau spesifik, cairannya tidak berwarna dan mudah larut
dalam air, eter, chloroform dan aseton. Pembuatan
alkohol antara lain dengan sintesa dari etilen, fermentasi etanol dengan bantuan
mikroba dan lain – lainnya.
2.4 Bahan Pembanding Limbah Serbuk Gergaji Kayu
Untuk
mengurangi bau kotoran puyuh, dapat dilakukan dengan berbagai jenis baik bahan
limbah ataupun bahan non – limbah selain limbah serbuk gergaji kayu, yaitu
sekam dan kapur. Kedua jenis bahan tersebut akan digunakan peneliti sebagai
bahan pembanding antara sekam dengan kotoran puyuh, kapur dengan kotoran puyuh
dan limbah serbuk gergaji kayu dengan kotoran puyuh guna untuk mengetahui
seberapa besar daya serap serbuk gergaji kayu, sekam dan kapur terhadap bau
kotoran puyuh.
2.4.1
Sekam
Sekam adalah bagian dari bulir padi - padian (serealia) berupa
lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian
dalam (endospermium dan embrio). Sekam dapat
dijumpai pada hampir semua anggota rumput - rumputan (Poaceae), meskipun
pada beberapa jenis budidaya ditemukan pula variasi bulir tanpa sekam (misalnya
jagung dan gandum).
Sekam padi merupakan bahan
alami yang banyak mengandung ignoselulosa. Bahan selulosa terdiri dari
serat - serat selulosa yang diselaputi oleh matriks yang disebut lignin. Bahan
lignoselulosa yang menyebabkan timbulnya sifat kuat dan kaku. Sekam padi
memiliki massa jenis rata - rata 0,67 - 0,74 g/cm3. Adanya
tinggi kandungan silika yang tinggi menunjukkan bahwa lapisan luar dari sekam menghasilkan
kekerasan 5,5 - 6,5 skala mohs. Sehingga sekam tahan akan kelembaban dan sulit
untuk menyerap zat – zat yang mengandung air.
2.4.2 Kapur Halus
Kapur ialah suatu bahan yang diperoleh dari pembakaran batu kapur, baik
berupa kapur tohor maupun berupa kapur padam. Umumnya, kapur terbentuk dari
endapan secara organik atau kimia yang terjadi selama ribuan tahun di laut yang
dangkal dan jernih yang banyak terdapat zat makanan bagi makhluk yang hidup
serta tidak bergelombang besar di mana pengendapan makin lama makin banyak,
lapis demi lapis dengan peristiwa kimia.
Menurut pengetahuan geologi batu kapur tersusun dari 3 macam mineral (dikecualikan
benda yang mengotorinya) yang memiliki sifat sebagai berikut.
Tabel 1.1 Susunan Batu Kapur dan Sifatnya Menurut Geologi
Kalsit (CaCO2) ciri - ciri :
|
Aragonite ( CaCO3 )
|
Dolomite (CaMg (CO3)2 atau CaCO3
MgCO3
|
Bentuk
kristal rhombohedral
|
Bentuk
kristal orthorobis
|
Bentuk
kristal rhombohendral
|
Berat mol 100 dan Berat jenis 2,72
|
Berat jenis 2, 94
|
Berat volume 184,4 dan Berat jenis 2,83
|
Molekul volume 36, 8
|
Volume molekul 34
|
Volume molekul 63,2
|
Kekerasan mohs 3
|
Kekerasan mohs 3,5 - 4
|
Kekerasan mohs 3,5 - 4
|
Dapat tidak bewarna, tetapi sering dinodai warna kotorannya
|
Biasanya bewarna putih, kadang bewarna karena kotoran
|
Biasanya tak bewarna tetapi sering kali bewarna kuning atau
cokelat muda
|
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
·
SMAN Arjasa
Jalan Sultan Agung No. 64,
Arjasa - Jember
·
Jalan Slamet Riyadi Gang Argopuro No.
188, Baratan - Jember
3.2 Waktu Penelitian
17 September
2011 – 29 September 2011
3.3 Metode Pengumpulan
Data
3.3.1
Sampel; peneliti membutuhkan sampel kotoran puyuh, limbah serbuk gergaji
kayu, sekam dan kapur. Puyuh yang digunakan sejumlah 1 sap atau 2 tingkat
kandang puyuh dengan jumlah masing – masing tingkat yaitu 45 ekor.
3.3.2
Angket; peneliti menyebarkan angket
di sekitar rumah warga yang dekat dengan rumah pemilik puyuh.
3.3.3
Eksperimen; dilakukan untuk
mengetahui hasil perbandingan dengan menggunakan limbah serbuk gergaji kayu,
sekam dan kapur terhadap bau kotoran puyuh.
3.3.4
Wawancara; dilakukan kepada pemilik
puyuh, pencetus ide dan salah satu warga.
3.3.5
Studi Pustaka; digunakan peneliti
untuk mengumpulkan informasi – informasi lainnya.
Tabel 1.2 Hasil Angket Warga
terhadap Bau Kotoran Puyuh
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
Ragu – ragu
|
Jumlah responden
|
1.
|
1.
Apakah Anda merasa terganggu dengan adanya bau
kotoran puyuh baik pada musim kemarau ataupun musim hujan ?
|
5
|
-
|
-
|
5 responden
|
2.
|
2.
Apakah bau kotoran puyuh yang Anda rasakan,
menyebabkan Anda terserang penyakit seperti susah bernapas dengan baik ?
|
4
|
-
|
1
|
5 responden
|
3.
|
3.
Menurut pendapat Anda, jika kotoran puyuh dibiarkan
menumpuk apakah akan mengakibatkan bau di udara dan menyebabkan penyakit ?
|
5
|
-
|
-
|
5 responden
|
4.
|
Menurut pendapat Anda, apakah limbah serbuk gergaji kayu
dapat dijadikan alternatif untuk
mengurangi bau kotoran puyuh ?
|
3
|
-
|
2
|
5 responden
|
5.
|
Apakah setelah diberi serbuk gergaji kayu kotoran puyuh
masih tetap bau ?
|
-
|
4
|
1
|
5 responden
|
3.4 Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah penghitungan
kuantitatif yaitu dengan prosentase.
X % = X/Y
x 100 %
|
Keterangan : X :
pertanyaan yang dijawab
Y :
Jumlah angket yang disebar
3.5 Design Penelitian
3.5.1 Langkah
– langkah penelitian
3.5.2 Langkah
– langkah pemberian limbah serbuk gergaji kayu, sekam dan kapur pada bau
kotoran puyuh
·
Alat dan Bahan
Ø Alat
1.
Timbangan
2.
Serok
Ø Bahan
1.
Sekam 1.5 ons
2.
Limbah serbuk gergaji kayu 1.5 ons
3.
Kapur halus 1.5 ons
4.
Sak bekas (beras atau pakan ternak) 3 sak
5.
1 sap (2 tingkat) kandang puyuh berisi 45 ekor
·
Bagan langkah – langkah kerja
Siapkan alat dan bahan
|
Taburkan sekam pada permukaan sak pertama,
limbah serbuk gergaji kayu pada permukaan sak kedua dan
kapur halus pada permukaan sak ketiga.
|
Biarkan puyuh mengotori ketiga sak yang sudah
diberi bahan – bahan tadi selama ± 1½ hari.
|
Terlebih dahulu letakkan ketiga sak pada 1 sap
kandang puyuh. Usahakan tidak ada celah agar kotoran yang jatuh tepat
mengenai sak.
|
Amati perubahan bau kotoran puyuh yang menggunakan
sekam, limbah serbuk gergaji kayu dan kapur halus.
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1
Tabel Hasil
Angket
No.
|
Pertanyaan
|
Ya
|
Tidak
|
Ragu – ragu
|
Jumlah prosentase
|
1.
|
4.
Apakah Anda merasa terganggu dengan adanya bau
kotoran puyuh baik pada musim kemarau ataupun musim hujan ?
|
100%
|
-
|
-
|
100%
|
2.
|
5.
Apakah bau kotoran puyuh yang Anda rasakan,
menyebabkan Anda terserang penyakit seperti susah bernapas dengan baik ?
|
80%
|
-
|
20%
|
100%
|
3.
|
6.
Menurut pendapat Anda, jika kotoran puyuh dibiarkan
menumpuk apakah akan mengakibatkan bau di udara dan menyebabkan penyakit ?
|
100%
|
-
|
-
|
100%
|
4.
|
Menurut pendapat Anda, apakah limbah serbuk gergaji kayu
dapat dijadikan alternatif untuk
mengurangi bau kotoran puyuh ?
|
60%
|
-
|
40%
|
100%
|
5.
|
Apakah setelah diberi serbuk gergaji kayu kotoran puyuh
masih tetap bau ?
|
-
|
80%
|
20%
|
100%
|
4.1.2
Tabel Hasil Pengamatan
No.
|
Bahan
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Kotoran
puyuh + sekam
|
- Daya serap sekam lebih rendah.
- Bau kotoran puyuh lebih tertutupi sekam.
|
Harga bahan terjangkau dan untuk
mendapatkannya masih harus menunggu panen padi.
|
2.
|
Kotoran
puyuh + limbah serbuk gergaji kayu
|
- Daya serap limbah serbuk gergaji kayu lebih besar.
- Bau kotoran puyuh yang menyengat berkurang.
|
Tidak perlu membeli bahan dan mudah di dapat.
|
3.
|
Kotoran
puyuh + kapur halus
|
- Daya serap kapur sangat rendah.
- Baunya tetap menyengat.
|
Harga bahan lebih mahal daripada dua bahan di atas (tidak
ekonomis).
|
4.2 Pembahasan
Hidung merupakan salah satu dari
panca indera yang berfungsi untuk merangsang aneka macam bau – bauan. Akan
tetapi, hidung akan merasa terganggu jika mencium bau yang tidak harum contohnya
bau kotoran ternak. Selain didukung oleh media angin dan udara yang membantu
tersebarnya bau kotoran tersebut juga faktor musim.
Berdasarkan hasil angket di atas
menyatakan bahwa warga di sekitar rumah pemilik puyuh, sebanyak 100% mengatakan bahwa mereka merasa
terganggu dengan bau kotoran puyuh baik pada musim kemarau ataupun hujan.
Sehingga sebanyak 80% warga sekitar kesulitan untuk bernapas dengan baik,
sedangkan 20%nya hanya didasarkan pada penilaian individual saja. Hal tersebut
akan semakin kuat dengan pernyataan sebanyak 100% apabila kotoran puyuh hanya
ditumpuk dan tidak dibersihkan. Peneliti kemudian memberikan alternatif limbah
serbuk gergaji kayu untuk mengurangi bau kotoran puyuh. Sebanyak 60% warga
menyatakan bahwa limbah serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengurangi bau kotoran puyuh sehingga lingkungan tidak tercemar. Namun
sebanyak 40% warga meragukan kegunaan limbah serbuk gergaji kayu dikarenakan
warga masih kukuh pada pemanfaatan kapur halus dan sekam. Sehingga sebanyak 80%
warga akhirnya dapat bernapas dengan baik kembali karena bau kotoran puyuh
telah terkurangi, sedangkan 20%nya masih meragukan hal tersebut.
Kemudian peneliti melakukan
percobaan (eksperimen) terhadap limbah serbuk gergaji kayu untuk mengurangi bau
kotoran puyuh dan sebagai pembanding lainnya, peneliti menggunakan sekam dan
kapur halus. Kebanyakan peternak puyuh lebih menyarankan untuk menggunakan
sekam dan kapur halus dalam mengurangi bau kotoran puyuh. Namun hal utama yang
diteliti oleh peneliti ialah daya serap masing – masing bahan terhadap bau
kotoran puyuh selama ± 1½ hari. Selain itu peneliti juga memperhatikan nilai
keekonomisan dan kemudahan untuk mendapatkan bahan - bahan tersebut. Hasil
pengamatan yang diperoleh pun bervariasi. Berikut uraian dari tabel hasil
pengamatan di atas.
Pada percobaan pertama, peneliti
menggunakan sekam yang sudah disebarkan secara merata pada permukaan sak
pertama dan membiarkan sak tersebut dikotori oleh puyuh selama ± 1½ hari.
Hasilnya, bau kotoran puyuh lebih didominasi atau tertutupi oleh sekam. Namun
daya serap sekam lebih rendah, sehingga kotoran puyuh yang juga mengandung air
tidak dapat diserap oleh sekam dan menempel pada permukaan sak. Selain itu,
sekam yang merupakan pembungkus terluar bulir – bulir padi meskipun harganya
terjangkau, untuk mendapatkannya tidaklah mudah. Karena masih menunggu panen
padi tiba. Kalau pun ada hanya di beberapa tempat tertentu saja.
Pada percobaan kedua, peneliti
menggunakan limbah serbuk gergaji kayu yang sudah disebarkan secara merata pada
permukaan sak kedua dan membiarkan sak tersebut dikotori oleh puyuh selama ± 1½
hari. Hasilnya, bau kotoran puyuh menjadi berkurang. Karena daya serap limbah
serbuk gergaji kayu terhadap kotoran puyuh lebih besar. Aroma yang disebarkan
di udara bukanlah bau kotoran puyuh, melainkan udara yang kita hirup seperti
biasanya. Sedangkan dari dalam kandang, baunya didominasi atau telah tercampur
dan digantikan oleh bau limbah serbuk gergaji kayu. Limbah ini sangat mudah
didapat di tempat pemotongan kayu ataupun penggergajian kayu. Sebab limbah
serbuk gergaji kayu kebanyakan hanya ditumpuk atau dibuang ke tanah dan tidak
perlu membeli.
Pada percobaan ketiga, peneliti
menggunakan kapur halus atau kapur yang sudah dihaluskan yang juga sudah disebarkan
secara merata pada permukaan sak ketiga dan membiarkan sak tersebut dikotori
oleh puyuh selama ± 1½ hari. Hasilnya, bau kotoran puyuh tetap menyengat karena
daya serap kapur halus sangat rendah. Untuk mendapatkan bahannya pun masih
perlu membeli.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa peneliti telah berhasil membuktikan kepada warga sekitar jika limbah
serbuk gergaji kayu dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi bau
kotoran puyuh yang menyengat baik dari segi daya serap limbah maupun cara
mendapatkannya. Namun sekam dan kapur halus yang juga dapat digunakan untuk
mengurangi bau kotoran puyuh masih memiliki kelemahan disegi daya serap dan
cara mendapatkan kedua bahan tersebut.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
:
1.
Limbah serbuk
gergaji kayu mempunyai kandungan selulosa, lignin, pentosan, air dan abu. Untuk
kadar selulosa didapat sebesar 48,8935%, kadar
lignin sebesar 28,8977%, kadar abu sebesar 2,09435%, kadar air
sebesar 6,015% dan kadar
pentosan sebesar 14,09945%.
2.
Limbah serbuk gergaji kayu dapat dimanfaatkan untuk
mengurangi bau kotoran puyuh karena memeliki daya serap yang tinggi.
3.
Limbah serbuk gergaji kayu dengan
takaran 1,5 ons disebarkan secara merata pada permukaan sak dan biarkan sak tersebut
dikotori oleh puyuh selama ± 1½ hari. Penggunaan secara teratur dilakukan 2
kali dalam sehari.
1.2
Saran
Peneliti menyarankan agar
penelitian ini dikembangkan lebih lanjut lagi agar didapatkan hasil yang lebih
maksimal dan limbah – limbah seperti limbah serbuk gergaji kayu dikembangkan
untuk berbagai pemanfaatan – pemanfaatan lainnya sehingga tidak mencemari
lingkungan. Akan tetapi, tidak hanya limbah serbuk gergaji kayu saja yang
dimanfaatkan melainkan limbah – limbah sumber daya alam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Books
DEA, Prof. Dr. Ir.
Tri Yuwanta S. U., 2004. Dasar Ternak Unggas.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
S Pt, R. Eddy
Sugiharto., 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Abidin, Ir. Zainal.,
------. Meningkatkan
Produktivitas Puyuh (ed. Revisi).
Jakarta : PT AgroMedia Pustaka.
Gunawan, Agustin
Widya., 2000. Usaha
Pembibitan Jamur.
Jakarta : PT Penebar Swadaya (Anggota IKAPI).
Marsono, Ir. Dan Ir.
Oswan Kurniawan., 2008. Superkarbon Bahan Bakar Alternatif. Jakarta : PT Penebar Swadaya.
Sutanto, Rachman.,
2002. Penerapan
Pertanian Organik : pemasyarakatan dan pengembangannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota
IKAPI).
--------., 2007. Caladium. Jakarta : PT Trubus Swadaya.
Sarpian, T., 2003. Pedoman Berkebun Lada dan
Analisis Usaha Tani.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI).
AgroMedia, Redaksi.,
2007. Petunjuk
Pemupukan.
Jakarta Selatan : PT AgroMedia Pustaka.
·
Websites
Jacksonjip, 2008. Bisnis Unggulan : Burung Puyuh. [online] Available at :
<http://1bisnisunggulan.blogspot.com/bisnis-unggulan-burung-puyuh.html>,
[Accessed 28 September 2011].
Andi Sobandi Wahri, 2009. Prospek Cerah Beternak Puyuh. [online]
Available at : <http://www.mustang89.com/272-prospek-cerah-beternak-puyuh.html>,
[Accessed 28 September 2011].
Nugie, 2010. Kapur (modul MMK 2,tugas kuliah ^_^). [online] Available at
: <http://nugieptb07.wordpress.com/author/miyamoto88/kapur
(modul MMK 2,tugas kuliah ^_^) « Nugie Blog.html>, [Accessed 28
September 2011].
-----, 2011. Sekam. [online] Available at :
<http://id.wikipedia.org/wiki/Sekam.html>,
[Accessed 28 September 2011].
.
1 komentar:
keren banget kak, bisa ga di metodologi penelitiannya keliatan gambar? makaasi..
Posting Komentar